Minggu, 04 Oktober 2009

Go Green

Plastik ada di mana-mana. Siapapun menggunakan plastik, mulai dari tukang sayur di jalan, di warung, bahkan sampai hypermart. Bentuknya juga bermacam-macam, mulai dari tas kresek beraneka warna sampai dengan kotak tempat makanan yang biasa kita sebut styrofoam. Aku pribadi sangat prihatin karenanya, sebab sampah yang dihasilkan juga sangat banyak, sampai-sampai di pintu air Manggarai pun styrofoam banyak yang mengambang dan menumpuk. Belum lagi sampah tas kresek yang banyak bertaburan di mana. Seharusnya para pengguna dan penghasil tas kresek dan styrofoam ini tau dampak dari penggunaan barang-barang itu, diantaranya yang tidak dapat didaur ulang dan baru dapat hancur setelah beratus-ratus tahun ke depan. Tetapi kok makin banyak saja yang menggunakannya. Mungkin karena harganya yang murah, para penjual selalu berupaya untuk meminimalisir biaya dan memaximize untung.

Di rumah, aku sangat membatasi penggunaannya. Seperti misalnya bila kami berbelanja ke minimart, kami selalu membawa tas kain untuk tempat barang-barang belanjaan, sampai petugas di minimart tersebut hapal dengan kami dan pasti menanyakan apakah kami membawa tas sendiri. Aku juga memberi mengajarkan anak-anak di rumah untuk meminimalisir penggunaan tas kresek dan Styrofoam tersebut, sampai-sampai menghukum mereka wajib mengembalikan tas kresek tersebut apabila mereka berbelanja dengan membawa tas kresek ke rumah. Kasian sih, tapi itu kan pelajaran juga buat mereka. Dari segi persampahan, aku juga mengajarkan bagaimana membedakan sampah organik dan non organik, kalau sampah organik biasanya kami taruh di tempat sampah bertutup dan setelah penuh kami tanam melalui lubang biopori, yaitu tanah yang dilubangi dengan alat yang berupa besi selebar 10 cm dan dalamnya 1 meter, dan yang non organic di tempat sampah biasa untuk diambil bapak tukang sampah yang datang setiap dua hari sekali. Ada untungnya juga bila sampah-sampah tersebut dipisahkan, pernah dulu sekali sewaktu kami belum memisahkan sampah-sampah tersebut, bapak tukang sampah tidak datang selama beberapa minggu, waduh karuan saja banyak tamu-tamu yang berdatangan menyambangi sampah kami, seperti kucing, tikus, kecoa sampai bapak dan ibu belatung, dan baunya hmmmm sangat harum sekali, seharum air kembang tujuh macam. Setelah kejadian itu, aku berusaha memperbaiki manajeman persampahan di rumah. Sampai saat ini, setelah kami pisahkan sampah-sampah tersebut, kami tidak perlu kuatir bila bapak tukang sampah sedang ngambek tidak mengambil sampah, karena bapak dan ibu belatung tidak menyambangi sampah kami lagi.

Dari segi Styrofoam, kami juga sangat membatasi penggunaannya. Ada kejadian lucu yang berhubungan dengan styrofoam ini, suatu saat kami membeli ayam bakar di dekat rumah dan mbak-mbak yang berjualan ayam bakar ini membungkus ayam bakar dengan Styrofoam, walhasil mbak-mbak itu mendapat kultum tentang bahaya penggunaan Styrofoam dan akhirnya banyak juga pembeli yang mendengar perkuliahan ini minta dibungkus dengan kertas bungkus gado-gado yang berwarna coklat. Siapa yang member kultum? Siapa lagi kalau bukan aku…hihihi…. Dosen mendadak….

Rasanya gemas sekali melihat ibu-ibu yang berbelanja di pasar, hanya membeli bawang setengah kilo bungkusnya tas kresek kecil, beli cabe se-ons dibungkus tas kresek kecil, kemudian semuanya ditaruh di dalam tas kresek yang lebih besar. Bila satu ibu-ibu itu dalam sekali belanja menghasilkan sepuluh tas kresek, bagaimana bila dalam pasar tersebut ada lima puluh atau seratus ibu-ibu yang berbelanja dalam satu hari. Bagaimana pula bila dihitung dalam satu minggu atau satu tahun. Hiiii….aku tergidik membayangkannya. Bagaimana cara mereka mengaturnya, tidak mungkin disimpan kan? Pasti dibuang, lalu bagaimana proses penghancurannya? Tak heran bila kita lihat di tempat-tempat pembuangan sampah banyak sekali warna warni tas kresek di mana-mana. Tidak kah mereka sadar bahwa tas kresek itu baru akan hancur dalam jangka waktu yang sangat lama.Walaupun begitu, ada juga beberapa pusat perbelanjaan modern yang telah berpartisipasi dalam usaha meminimalisir penggunaan tas kresek. Indomart menggunakan tas kresek yang dapat segera hancur, sangat bagus idenya, mudah-mudahan tulisan yang tertera di tas kresek itu benar dan bukan sekedar iming-iming dalam rangka menarik pembeli. Aku juga pernah menjumpai sebuah toko buku di Kalibata Mall yang menggunakan tas kertas sebagai tempat belanja buku-buku dan alat tulis. Dalam hati aku berharap semoga kebijakan pemilik toko buku ini bisa berlangsung lama dan tidak kembali lagi ke tas kresek. Perbelanjaan Superindo juga telah mensosialisasikan kardus bagi yang berbelanja dan memberikan point bagi yang tidak menggunakan tas kresek. Carrefour juga menawarkan tas kain hijau besarnya untuk tempat belanja, tapi aku rasa peminimalisiran tas kresek ini hanya sebagai upaya basa basi saja, karena bila pembeli tidak buru-buru memberi tahu kalau membawa tas sendiri, para petugas di kassa langsung memasukkan barang-barang belanjaan ke beberapa tas kresek. Itu pun penggunaannya juga sangat mubazir, satu tas kresek hanya menampung beberapa barang, padahal kalau diperhatikan tas kresek itu masih memuat beberapa barang lagi. Benar-benar perbuatan yang sia-sia.

Aku hanya berharap semoga ada banyak orang yang memiliki pemikiran sepertiku, yang memandang tas kresek dan Styrofoam ini sebagai sesuatu yang membahayakan lingkungan dan membawa tas belanja sendiri dari rumah. Siapa lagi yang dapat menyelamatkan lingkungan kalau bukan kita sendiri dan kita tidak dapat hanya mengharapkan orang lain yang melakukan itu kalau kita tidak memulai dari diri sendiri dan dapat menularkan kepada lingkungan sekitar. Kasian anak-anak kita nanti, sepertinya kita memberi PR dan sampah kepada generasi mereka. Apakah kita berniat untuk menyusahkan mereka? I hope not.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar