Sabtu, 28 Maret 2009

60 Menit Tanpa Lampu


Setelah melihat iklan ’60 Menit Tanpa Lampu’ atau 'Earth Hour' seminggu yang lalu, kami sekeluarga berniat untuk mengikuti anjuran tersebut. Program ini digagas oleh World Wildlife Fund (WWF) berfungsi untuk mengurangi laju perubahan iklim global. Aksi juga dilakukan di 2.848 kota pada 83 negara. Bagi kami, tidak ada salahnya kami mengikuti anjuran tersebut. Ada beberapa factor yang melatarbelakangi keputusan kami, diantaranya adalah disamping untuk mengajarkan kepada anak-anak kami dampak dari global warming juga dapat menghemat biaya listrik. Sejak siang kami sudah mengingatkan anak-anak bahwa nanti malam kami mau mematikan lampu dan agar tidak mengecewakan anak-anak kami merencanakan untuk berjalan-jalan malam ke pasar yang tidak terlalu jauh dari rumah. Arti jalan-jalan di sini adalah benar-benar berjalan-jalan kaki, tanpa naik kendaraan bermotor atau sepeda.
Tibalah saat yang ditunggu, 28 Maret 2009, sejak pukul 20.00 kami telah berganti baju dan bersiap-siap untuk mematikan lampu dan pergi ke luar rumah. Semua lampu dan saluran listrik kami matikan, kecuali kulkas. Tujuan kami berjalan-jalan adalah untuk melihat apakah ada di lingkungan kami tinggal yang ‘sepemikiran’ dengan kami untuk mematikan lampu. Ternyata setelah kami berjalan-jalan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hanya sedikit yang mengikuti himbauan tersebut, dari jarak 1 km yang kami lalui tersebut, rumah bermati lampu yang kami temui hanya 3 rumah, ada juga rumah yang mati lampu tetapi memang karena tidak berpenghuni, selebihnya terang benderang. Ada pembicaraan lucu yang sempat saya dengar di antara ibu-ibu di rumah-rumah yang kami lalui, kata mereka “katanya kita harus matiin lampu ya jam 20.30? katanya berhubungan sama global warming ya”, kata tetangganya “ah itu kan yang mau aja, lagi pula kita bayar kok listriknya, jadi ngapain kita harus matiin”. Gemas juga sih mendengar kalimat itu, tapi apa daya, mungkin daya nalar mereka hanya sampai di situ saja, saya juga tidak mungkin tiba-tiba menyerobot pembicaraan dan menerangkan dampak global warming kepada mereka, bisa-bisa saya disangka dari partai mana, karena sekarang sedang heboh-hebohnya para peserta Pemilu menerangkan program kerja partainya.
Memang sulit untuk menanamkan cinta lingkungan kepada orang-orang yang memang tidak mau mencintai lingkungannya sendiri. Seperti membuat lobang biopori, banyak tetangga saya yang berpendapat bahwa saya buang-buang tenaga hanya untuk membuat lobang biopori dan membuang sampah organik di halaman rumah, padahal mereka juga ikut merasakan dampaknya. Atau tidak menggunakan kantong-kantong plastic, mereka menertawakan orang-orang yang membawa sendiri tas dari rumah karena menolak menggunakan kantong plastic yang disediakan oleh minimart.
Semua di mulai dari diri kita, tanpa niat dari diri sendiri, semuanya adalah nol besar. Karena tanpa dimulai dari sekarang, berarti kita akan menyisakan bencana untuk anak cucu kita nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar