Kamis, 14 Juni 2012

Pentingnya Belajar Bahasa

Mempelajari bahasa itu penting, entah itu bahasa Jawa, Sunda, Sumatera, ataukah hanya sekedar bahasa pergaulan di kalangan ABG. Sewaktu saya kuliah, belasan tahun yang lalu, saya yang notabene lahir dan besar di Jakarta, mau tak mau, sadar tak sadar akhirnya belajar bahasa Jawa karena lingkungan teman-teman pergaulan sekitar yang  berasal dari Jawa Tengah dan sekitarnya, daripada mereka ngobrol dan saya serasa gagu dan tuli karena tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, rasanya seperti tersingkir dengan sukses. Setelah saya minimal mengerti apa yang mereka obrolkan barulah saya merasa diterima oleh mereka, itu pun baru mengerti, belum menguasai lho ya, pasti hasilnya lebih dahsyat. Saya memiliki pengalaman menarik seputar bahasa. Sewaktu ditugaskan ke Cianjur, awal-awalnya saya sering mendengar orang-orang Sunda di sekitar saya mengucapkan kata-kata 'bagong', saya pikir 'wah ternyata orang-orang Sunda ini suka dengan wayang', wah hebat, saya saja yang katanya keturunan orang Jawa ini masih setengah-setengah dalam mencintai budaya Jawa, kok orang-orang Sunda ini hebat sekali? Setelah proses bertanya sana sini? barulah saya mengerti bahwa arti kata 'bagong' adalah 'babi' (mohon maaf untuk orang Sunda). Kemudian ada kata Sunda yang saya tidak pernah mengerti artinya, yang sering diucapkan teman-teman saya yang laki-laki kepada sesama laki-laki yang baru dapat saya ketahui setelah bertahun-tahun kemudian, itupun teman saya menjelaskan dengan muka merah dan tertawa terbahak-bahak dan teman satunya malah bermuka biru seperti 'keselek' sendal, mungkin karena malu, bagaimana tidak malu wong yang saya tanyakan itu berarti alat kelamin pria. Saya juga malu sih, tapi itu belakangan. Ada lagi kejadian yang berhubungan dengan bahasa, kali ini bahasa Jawa. Ada dua orang rekan saya (laki-laki juga), entah mengapa saya selalu terdampar di lingkungan laki-laki, sedang membicarakan salah seorang laki-laki rekan mereka yang menikah kembali dengan wanita yang jauh lebih muda dan 'segar', ke dua rekan saya ini asyik mengobrol tentang hal-hal 'untuk kalangan laki-laki' yang tentunya dalam bahasa Jawa dan 'seru serta saru' mereka mungkin berpikir saya yang duduk dekat mereka tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, karena jika orang-orang bertanya asal saya dari mana, saya selalu menjawab kalau saya orang Jakarta. Awalnya saat mereka berbicara dengan serunya, saya hanya senyam senyum sambil meng-klik mouse komputer, sampai akhirnya mereka berbicara 'saru' barulah saya tertawa keras, mereka baru sadar ternyata saya mengerti apa yang mereka obrolkan. Mereka malu atau tidak, saya tidak mengerti, yang pasti saya geli mendengar pembicaraan para lelaki ini, yang terbersit di pikiran saya adalah ternyata kalau lelaki ngobrol tentang wanita sama saja seperti para wanita yang sedang gosip. Psst..dua pria yang bergosip ini adalah kepala seksi saya dan kepala seksi sebelah. Itulah keuntungan dan kerugian belajar bahasa. Bagaimana dengan anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar