Nenek ku Sayang
Secara tiba-tiba orang tua memberi kabar via sms bahwa nenek masuk rumah
sakit, dirawat di Siloam Karawaci, kaget juga mendengar berita ini, karena
nenek sudah sangat tua (namanya juga nenek-nenek ya), sudah sekitar 80 tahun
dan telah pikun. Karena saat mendapat info termasuk hari di pertengahan minggu,
yang berarti hari kerja dan jalur ke Karawaci luar biasa padatnya, maka saya
dan suami sepakat menengok pada hari libur. Saat mendengar kesepakatan kami,
orang tua mendadak dangdut kebakaran jenggot, menurut mereka kalau mendengar
berita sakit itu harus segera didahulukan sesibuk apapun, jadilah kami menengok
pada hari Kamis malam, jadi lah kami berangkat ke Karawaci, setelah melalui
acara debat sana debat sini dan berakhir dengan kekalahan di pihak saya.
Tibalah saat menengok itu, eng
ing eng, ternyata lalu lintas macet luar biasa saudara-saudara, Gatot Subroto
sangat macet, berangkat jam 5.30 sore dari Tebet, jam 8 malam masih terdampar di depan
Gedung MPR/DPR, hadeuh…Jakarta. Barulah saat mendekati jam 9 malam kami tiba di
rumah sakit. Taukah saudara-saudara, ternyata nenek saya itu tidak sakit. Hanya
ngambek karena kurang perhatian. Ternyata karena beliau tinggal dengan adik
sepupu saya yang sudah memiliki 2 putri yang masih kecil dan menyita perhatian,
nenek saya itu merasa tidak diperhatikan, beliau mungkin merasa tersisihkan
walaupun telah ada perawat yang selalu berada di sisinya, aksi beliau adalah
tidak mau makan selama seminggu, bahkan kata perawatnya tidak mau minum susu
juga. Karena sudah seminggu tidak mau makan dan tubuhnya yang sudah sangat
kurus semakin lemah, akhirnya atas inisiatif adik sepupu yang ketakutan ada
apa-apa dengan nenek dibawalah sang nenek ke rumah sakit.
Demi mendengar sang ibu yang
terbaring di rumah sakit, berdatanganlah anak-anak dan para cucu, mereka
menyuapi, memijat dan mengelus, serta meminumkan susu yang ternyata tidak sulit
makan dan minum susu. Akhirnya nenek berkata bahwa beliau mau lebih lama
tinggal di rumah sakit supaya bisa disuapi oleh anak-anak dan cucu-cucunya, oooh
ternyata kangen toh? Sampai akhirnya kami pulang karena jam berkunjung yang
terlambat itu akhirnya usai, nenek meminta kami berjanji agar kami datang
berkunjung lagi, dengan gaya seperti anak-anak balita dengan mata penuh harap
kepada orang tuanya.
Dengan kejadian tadi, saya
merenung sendiri, bagaimana nanti kalau saya telah tua dan anak-anak telah
memiliki keluarga dan memiliki kesibukan sendiri, dan apabila saya kangen
anak-anak saya apakah saya harus mogok makan, apakah saya akan terlantar
seperti nenek saya tadi? Saya hanya dapat berdoa kepada Alloh SWT, bila saat itu
tiba, saya diberi yang terbaik dan tidak menyusahkan anak-anak dan keluarga
saya. Aamiin.